Filosofi Roti Buaya, Lambangkan Sifat Hewan yang Hanya Kawin Sekali Sepanjang Hidup
Roti buaya, kudapan ini tentu udah tak asing di telinga masyarakat Jakarta , terutama orang asli Betawi. Roti buaya biasanya datang di acara adat Betawi seperti upacara pernikahan. Dilansir dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, roti buaya adalah lambang kesabaran.
Umumnya, buaya sangat jeli dan sabar menanti buruannya. Kemudian, beberapa orang terhitung beranggapan kecuali buaya adalah lambang kejantanan. Seorang peneliti peristiwa Betawi, JJ Rizal, sebagaimana yang tercantum didalam laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta mengatakan, arti yang tertuang didalam roti buaya adalah orang Betawi baiknya tidak meremehkan peristiwa Jakarta.
Dahulu kala, Jakarta dikelilingi oleh 13 sungai atau kali dan menjadikan masyarakatnya sebagai masyarakat sungai. Beberapa sungai atau kali yang mengelilingi Jakarta adalah kali Lebak Bulus, Kali Cideng dan kali Gunung Sahari. Sementara itu, melansir Info yang dipublikasikan oleh Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Pusat lewat laman resminya, di kali Gunung Sahari, kerap muncul sepasang buaya putih bernama Ki Srintil dan Ni Srintil. JJ Rizal menuturkan, karakter buaya yang hanya kawin sekali di selama hidupnya, sesudah itu menjadi gagasan lain dari lahirnya roti buaya. Hal itu dikehendaki mampu menjadi umpama bagi pasangan yang melangsungkan pernikahan Jual Roti Buaya .
Dia melanjutkan, mempelai pria yang mesti membawa roti buaya ke kepada si mempelai wanita. Roti buaya terhitung mesti didalam suasana yang bagus, tanpa adanya cacat satu pun sebelum akan resmi diterima oleh pengantin wanita. Baca: Sejarah Bandara Kemayoran, Saksi Bisu Konferensi Asia Afrika dan Asian Games 1962 Ukuran dari tiap-tiap roti buaya terhitung dipercaya dapat terkait bersama jaman depan rumah tangga calon mempelai. Semakin besar ukuran dan semakin keras teksturnya, maka nasib pernikahan diyakini dapat semakin baik.
Ditambahkan dari berbagai sumber, kepercayaan masyarakat Betawi pada roti buaya ini terhitung berbagai ragam lagi. Seseorang yang belum menikah, sesudah itu memakan roti ini maka dipercaya dapat cepat bersua sang pendamping hidup.